Laura Basuki, nama yang
mulai terdengar tak asing di telinga masyarakat Indonesia khususnya
masyarakat yang sering menonton televisi. Laura Basuki bisa disebut
sebagai artis pendatang baru di dunia entertainment Indonesia. Begitu
muncul pertama kali, Laura langsung menyita perhatian, khususnya kaum
Adam. Wajahnya begitu cantik namun terlihat lugu dan polos, sangat
memikat. Apalagi kulitnya yang benar-benar putih mulus, tak ada cacat
sedikitpun, mulai dari kepala sampai kaki. Kecantikan dan kulit putih
mulusnya selalu membuat para pria membayangkan bahwa tubuh Laura Basuki
pastilah ‘legit’, hangat, dan juga harum. Banyak yang menyama-nyamakan
Laura dengan artis film panas Jepang yang sudah terkenal di Indonesia
bernama Maria Ozawa atau lebih dikenal Miyabi karena beberapa foto wajah
Laura sekilas agak mirip dengan Miyabi. Namun, sebenarnya, perbedaannya
cukup jauh. Wajah Laura terlihat sangat polos, cantik natural, beda
dengan Miyabi yang cantik nakal. Tapi, segera imej mirip Miyabi itu
hilang dari pandangan publik.
Jumat, 27 Januari 2012
Acha Septriasa: Potret Artis Masa Kini
Acha |
Adapun pengunjung lainnya berprofesi sebagai Paparazi, yang kerap kali mencari berita untuk di dramatisir dalam sebuah tabloid atau harian, dengan foto sebagai objeknya. Seperti halnya pria yang bernama Paimin ini, dia berasal dari kampung. Pekerjaan Paimin sebelumnya adalah fotographer kampung, jadi dengan modal itulah dia nekat untuk mengadu nasib di Jakarta kota Metropolitan ini. Dia punya kenalan di Jakarta ini, teman sekampungnya bekerja di salah satu tabloid yang sudah terkenal, lebih bonafit dibanding perusahaan yang mengolah tabloid tempatnya bekerja. Pada temannya itu sementara dia menebeng untuk Kost dan belajar mendalami keahlian pekerjaan yang diburunya dan juga disenangi olehnya. Pendalaman keahlian itu tidaklah memakan waktu lama dikarenakan Paimin bisa dikatakan ‘otak encer’, walaupun dari kampung. Oleh temannya ini pula Paimin dimodalkan Kamera mini digital, pemilik tabloid hanya cukup membayar Paimin dari hasil jepretan, memberikan uang saku untuk keperluan di luar serba-serbi, uang transport juga uang makan, tetapi tidak gaji tetap.
Gita Gutawa: The Beginning of the End
Gita Gutawa |
”kriing !!! kriing !!!”.
“plek…”.
“hooaahhmmm…”.
Jam weker itu kembali berdetak seperti biasa setelah belnya di tekan. Seorang gadis manis baru saja bangun dari tidurnya. Masih dalam keadaan mengantuk, dia mengumpulkan kesadarannya. Begitu merasa sudah segar, dia langsung bangun dari tempat tidur. Merapikan tempat tidurnya dan menaruh bantal dan guling dengan rapih. Ranjang itu sudah rapih lagi, tidak terlihat kalau baru habis dipakai.
I Know Who Raped Me
Sabtu, pukul 20.00
[Dasar laki-laki brengsek !!], gadis itu mengumpat dalam hati dan menekan pedal gas Toyota Harier-nya dalam-dalam.
Ia menelusuri jalan dengan pikiran melayang-layang, terbayang kejadian tadi. Ketika melihat Rully tunangannya, menyuapkan makanan ke seorang wanita dengan mesra di sebuah café. Ia juga ingat sewaktu mendekati mereka, wajah Rully langsung pucat dan tergagap-gagap saat menjelaskan, yang diyakini olehnya tidak ada sepatah katapun yang dapat dipercaya. Oleh sebab itu, ia menyetir dengan kecepatan tinggi menuju rumah sahabatnya untuk meluapkan kekesalan hati mencurahkan permasalahan.
[Dasar laki-laki brengsek !!], gadis itu mengumpat dalam hati dan menekan pedal gas Toyota Harier-nya dalam-dalam.
Ia menelusuri jalan dengan pikiran melayang-layang, terbayang kejadian tadi. Ketika melihat Rully tunangannya, menyuapkan makanan ke seorang wanita dengan mesra di sebuah café. Ia juga ingat sewaktu mendekati mereka, wajah Rully langsung pucat dan tergagap-gagap saat menjelaskan, yang diyakini olehnya tidak ada sepatah katapun yang dapat dipercaya. Oleh sebab itu, ia menyetir dengan kecepatan tinggi menuju rumah sahabatnya untuk meluapkan kekesalan hati mencurahkan permasalahan.
Karena Nila Setitik, Rusak Susu Sebelanga
“Nggak bisa Neng, pan aturannya udah jelas dari pertama nge-kost. Silahkan angkat kaki dari sini mulai besok.” tegas lelaki udzur pemilik kost-kostan, tanpa memberi keringanan barang sedikit pun.
Seorang gadis cantik yang kamarnya tepat di sebelah sedang bersantai, asyik menguping perselisihan tersebut. Akhir dari perbincangan, Aminah, mahasiswi yang sama sekali tak menarik kaum Adam untuk melirik itu pergi sambil bersungut-sungut. Menuruni anak tangga tinggalkan si orang tua lawan bicaranya penuh dengan rasa benci.
Langganan:
Postingan (Atom)